Tahun 1930-an silam, misionaris Belanda Izaak Samuel Kijne, melalui sebuah pengalaman seni yang dasyat, menciptakan lagu “Hai Tanahku Papoea”. Lagu ini lahir dari imajinasi dengan daya terawang yang gila. Ada gambaran pemujaan kepada pencipta atas surga kecil, bernama Papua Barat. Pengalaman seni itu kemudian menjadi pernyataan harga diri bangsa Papua Barat. Bagi saya, apresiasi atas mahakarya ini adalah satu bentuk penemuan harga diriku di tanah penuh curang ini.
Hai tanah ku Papoea,
Kau tanah lahirku,
Ku kasih akan dikau
sehingga adjalku.
Papua, tanah pusaka. Di sini saya lahir. Tanah yang melahirkan kemelanesiaanku sebagai bangsa. Melanesia rasku, berjaya di sini. Tanah pemberian pencipta yang harus kujaga. Hingga nanti gunung-gunung runtuh aku untukmu. Jika nanti aku pergi, kedipan mata terakhirku adalah panah pemusnah yang akan tumbuh tak kenal musim.
Kukasih pasir putih
Di pantaimu senang
Di mana Lautan biru
Berkilat dalam trang.
Papua, kau bundaku. Kujaga pantai nan-indah, biru cerah bak perawan kencur. Aku hidup di sini, di pantai ini. Tuhan beri, aku jaga. Tuhan beri aku hidup darinya. Aku menari-nari memuji-Mu di pasir putih-Mu yang berkilat terang. Kutemui kilauan-Mu di atas pasir putih-Mu di sini, di pantai Papua Barat.
Kukasih gunung-gunung
Besar mulialah
Dan awan jang melajang
Keliling puntjaknja.
Kukasihi kau, sum-sumku. Gunung menjulang, mendekati singgasana-Mu, Kau beri. Aku tertegun kagum. Aku panjat gunung-Mu. Aku muliakan Engkau di atas sana, dari dekat-Mu. Aku luluh memuji penuh bebas. Di sini, semua misteri. Dalam salju dan awan putih pekat aku memuji-Mu dengan jiwaku. Aku mencari maksud-Mu.
Kukasih dikau tanah
Jang dengan buahmu
Membajar keradjinan
Dan pekerdjaanku.
Kau tetap dan tetap kukasihi, Papua Barat. Mama yang memberi aku hidup. Tanah yang subur. Alam sediakan potensi. Rajin-Mu kumohon. Dari sana, kukembangkan kerajinan, penuhi kehidupan. Aku wajib mengasihimu, bundaku. Susu dan madu kau beri untuk kuatku, jaga Kau.
Kukasih bunji ombak
Jang pukul pantaimu
Njanjian jang selalu
Senangkan hatiku.
Bunyi ombak di bibir pantaimu, bak nyanyian surgawi. Hati terhibur nikmati ombak yang memantul di pantai-Mu. Di bibir-bibir pantai-Mu aku bangun rumah-rumah kecil. Rumah aku hidup memuji Kau, si empunya ombak.
Kukasih hutan-hutan
Selimut tanahku
Kusuka mengembara
Di bawah naungmu.
Hutan, kau rumah yang memberi perlindungan. Aku mengembara di bawah lindungan sejukmu. Hutan, tempat aku mengembara, mencari diri. Hutan, kau beri semua yang hidup mendapatkan hidup karenamu. Hutan, tempat aku mencari dan menemukan Sang Pencipta.
Sjukur bagimu, Tuhan,
Kau brikan tanahku
Bri aku radjin djuga
Sampaikan maksud-Mu.
Surga kecil t’lah Kau beri. Aku Melanesia di atasnya. Dari tanah ini nama-Mu dimuliakan. Aku takut, aku menjadi malas dan sombong karena tanah-Mu. Aku takut, kulalai menjaga tanah ini. Tuhan, aku takut melupakan-Mu saat aku larut dalam kenikmatan. Tuhan beri aku rajin untuk menjaga surga kecil-Mu. Beri Melanesia-Mu kuat melawan curang di tanah surga. Tuhan, segala yang indah, segala yang mahal, dan segala yang sangat … ada di sini, termasuk aku yang unik, Kau ciptakan, terpujilah nama-Mu, BAPA!
Yermias Degei
COMMENTS